"The journey of a thousand miles must begin with a single step" (Perjalanan seribu mil harus dimulai dengan satu langkah) - Lao Tzu. Ungkapan tersebut, terasa sangat tepat dalam mengarungi logika gerakan sosial hari ini. Dimana mimpi untuk menggapai supremasi masyarakat sipil (civil society), hanya akan mampu terejahwantahkan dengan baik ketika kemenangan-kemenangan kecil mampu kita raih terlebih dahulu. Kemenangan kecil ini dapat berwujud, kebebasan berpendapat yang lebih terjamin, ruang protes yang lebih terbuka dan terarah, sistem anggaran (budgeting) yang memihak rakyat, pengungkapan corruption case yang mampu menghentak massa untuk bergerak, dan lain sebagainya.
Lantas apa keterhubungan paragraf pertama dengan judul di atas? Ya, century gate yang beberapa waktu mampu memanaskan eskalasi politik arus bawah (grass root), kini justru hanya menjadi konsumsi tunggal bagi kekuatan politik elit semata. Lihat saja bagaimana pertengkaran Abu Rizal Bakrie dengan Sri Mulyani, silang pendapat antara pansus angket century di DPR dan BPK, serta rentetan pertikaian lain, yang justru tidak mencerminkan lompatan kualitas isu dikalangan arus bawah.
Kemenangan kecil massa yang mampu mendorong Rezim SBY-Boedione untuk menghentikan kasus kriminalisasi pimpinan KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah, hingga mendorong pengungkapan kasus Century Gate, ternyata tidaklah cukup untuk membangun pola gerakan sosial yang lebih massif. Atau kalau boleh penulis istilahkan, "Panas-panas tahi ayam" saja. kemenangan kecil bagi massa luas ini, tidak mampu kita arahkan dengan baik sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengontrol bidak kekuasaan lainnya yang bergerak salah arah. Gerakan yang pada awalnya mampu menyeret ratusan, ribuan hingga jutaan masyarakat ini, kini justru tenggelam dengan asyiknya dagelang politik elit politik. Artinya, tahapan untuk menuju kemenangan politik rakyat yang lebih besar, ternyata menjadi stagnan dan terinterupsi begitu saja.
Apa yang salah dari logika gerakan ini?
Reda-nya tuntutan massa luas untuk mengungkap Century Gate, harus kita maknai sebagai sebuah situasi yang membahayakan kualitas kesadaran massa. Jika kita telaah lebih tajam, maka lontaran pertanyaan sederhana akan muncul, "Apakah elit yang memiliki kemampuan ilusi kesadaran yang mumpuni, bisa dianggap berhasil untuk meredam gejolak arus bawah, ataukah justru gerakan sosial yang tidak mampu mengelola potensi kesadaran massa tersebut dengan baik dan konsisten???". Apa yang salah?. Berikut beberapa aspek yang patut kita pertimbangkan sebagai bahan evaluasi bersama.
Pertama, tidak adanya alat politik bersama. Hal ini tentu menjadi permasalahan utama bagi gerakan hari ini. ketiadaan alat politik bersama ini, tentu akan berakses kepada dua point penting, yaitu : (1) tidak tersentralisirnya kepemimpinan isu dengan baik, yang membuat lemahnya kesatuan gerak, dan (2) mudahnya elit politik rezim dalam menelikung atau membelokkan tuntutan massa. point 1 nampak terlihat jelas dari upaya respon yang berbeda-beda, baik secara sektoral maupun teritorial. Secara prinsip, respon yang terlihat, cenderung hanya upaya membangun eksistensi organ masing-masing yang tak lebih dari sekedar tidak ingin ketinggalan momentum. Point ke-2 justru lebih parah. Sebab pengkhianatan elit terhadap tuntutan massa, bukanlah pertama kali. Kita tentu masih ingat gerakan reformasi 98 lalu, dimana agenda-agenda reformasi dibelokkan seenaknya oleh kaum reformis gadungan. Kita tak ubahnya memberikan cek kosong kepada mereka tanpa adanya sikap konsistensi untuk mengawal agenda tersebut. Inilah fakta kongkrit, bahwa tanpa alat politik bersama, maka yang ada hanyalah jebakan-jebakan momentum kesadaran yang bersifat sementara saja. Namun harus kita tegaskan disini bahwa alat politik bersama tersebut, haruslah berlandaskan prinsip-prinsip keberpihakan kelas dan kepentingan rakyat, bukan bersandar kepada keberpihakan semu atau kepura-puraan elit.
Kedua, alat politik bersama tentu harus disokong oleh jangkauan propaganda yang lebih luas dan konsistensi gerakan. Tanpa itu, maka alat politik tersebut hanya akan menjadi ajang reuni yang hanya akan bergantung kepada momentum belaka. Selama ini, kita harus rendah hati mengakui bahwa momentum-lah yang membuat mobilisasi dan tuntuntun rakyat mampu kita lancarkan. Baik momentum yang lahir pada hari-hari besar, maupun momentum yang justru lahir dari elit kekuasaan. Di luar itu bagaimana? Sebegitu lemahkah gerakan sosial hari ini, sehingga tidak mampu menciptakan momentum sendiri?. Kita butuh refleksi akan hal ini, namun tentu tidaklah mereduksi kasus Century Gate dengan mendiamkan dan menyerahkannya begitu saja kepada elit melalui pansus hak angket. Tuntutan untuk mengungkap perampokan uang negara sebesar 6,7 triltun ini, harus terus menerus kita progandakan seluas mungkin di pabrik, kampus, desa, dll. Kita tidak boleh lengah lalu menggadaikan konsistensi gerakan begitu saja.
Century Gate dan Logika Gerakan Sosial Yang Tumpul. Apa Yang Salah?
Kamis, 17 Desember 2009 Time post : 7:56:00 AM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Diperlukan sedikit saja "letupan kecil" dari koalisi hati nurani yang bersinergi dengan kaum muda "radikal" untuk meruntuhkan rezim korup itu.
@Ivan : setuju banget bung. Dan terjemahkanlah konsistensi serta komitmen itu dengan baik, dan secara terus menerus...Semoga kwn2 di Bulukumba bisa memanaskan kembali eskalasi politik isu Century Gate ini....
Posting Komentar
Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang katro ini. Biasakanlah berkomentar setelah Anda membaca artikel. But No Spam, No Porn....OK Bro!!!