Mayday 2010 : Kaum Buruh Indonesia Siap Berkuasa

Rabu, 28 April 2010

Kesejahteraan Kaum Buruh tidaklah diberikan atau lahir begitu saja. Pun tidak turun dengan sendirinya dari langit. Namun harus diperjuangkan, dengan dan oleh tangan Kaum Buruh melalui alat politiknya sendiri.

Judul tulisan di atas, tentu bukanlah sekedar berseloroh atau umpatan. Namun sebuah perspektif yang memilki dasar pijakan yang kuat dari kondisi hari ini. Bahwa sistem ekonomi dan politik di bawah kekuasaan modal telah gagal, IYA. Tapi apakah cukup dengan umpatan???. Kita butuh lebih dari itu. Kaum buruh kini harus berani bertarung dengan kekuasaan modal, menjatuhkan rezim anti-buruh, dan memimpin dirinya sendiri untuk mengambil alih kekuasaan Negara. Dengan demikian, maka keberpihakan kebijakan, nyata akan terwujud sesuai dengan kehendak kaum buruh dimanapun berada.

Belajarlah Dari Peristiwa Dibalik Sejarah, Bukan Dari Rutinitas

Belajar dari sejarah, bukanlah semata-mata sekedar menguji keabsahan pelaku dan waktu kejadian. Namun belajar dari sejarah merupakan sebuah episode refleksi pengetahuan yang dipetik sebagai pengalaman, untuk mengamini tindakan kita dikemudian hari. Begitu pula dengan catatan sejarah mayday. Kita tidak sekedar ingin melakukan rutinitas yang berulang secara mekanik disetiap tanggal 1 Mei. Akan tetapi belajar bahwa, dengan persatuan gerakan buruhlah, maka kemenangan dapat diperoleh. Dengan persatuan buruh pulalah, maka hal yang mustahil, menjadi mungkin kita lakukan.

Pada tanggal 1 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei. Pada tanggal 4 Mei 1886. Para Demonstran melakukan pawai besar-besaran, Polisi Amerika kemudian menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para pemimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati, para buruh yang meninggal dikenal sebagai martir. Sebelum peristiwa 1 Mei itu, di berbagai negara, juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakukan yang lebih adil dari para pemilik modal.

Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi: Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Perancis. Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Buruh)

Dengan demikian, kaum buruh dimanapun berada, harus belajar dari sejarahnya. Adalah salah jika mayday dikunci hanya pada aspek rutinitas tahunan yang wajib diperingati. Mayday harus kita tempatkan dalam bingkai untuk merajut gerakan yang jauh lebih berkualitas. Momentum mayday adalah saat yang tepat untuk melancarkan tuntutan ekonomis, yang sekaligus mengasah kemampuan politik, yakni menghimpun segenap kekuataan buruh untuk merengsek masuk kedalam kekuasaan yang selama ini didominasi oleh kaum pemodal dan berusaha merebutnya sekuat tenaga.

Hendak Kemana Arah Gerakan Buruh?

Hari Buruh Internasional, atau yang lebih dikenal dengan istilah "Mayday", merupakan momentum tahunan yang selalu diperingati oleh kaum pekerja di seluruh dunia setiap tanggal 1 Mei. Namun memandang hari buruh ini, tidaklah benar jika hanya dalam bingkai cermonial belaka. Hari buruh harus kita terjemahkan sebagai ajang konsolidasi dan persatuan kaum buruh, yang juga pada saat bersamaan sebagai alat pemukul terhadap kebijakan penguasa yang tidak memihak kepentingan kaum buruh. Apakah hanya terbatas disitu saja? Tentu tidak!. Kaum buruh ditengah situasi kegagalan sistem Kapitalisme, harus berani menawarkan alternatif. Tidak lagi sekedar slogan semata, namun menegaskan eksistensi politik dengan cara membangun ruangnya sendiri ditengah gempuran dominasi kekuasaan modal. Ada beberapa hal yang menjadi tantangan gerakan buruh kedepan, antara lain :

Pertama, sekali lagi tentang persatuan. Ya, persatuan adalah seruan yang tak henti-hentinya kita teriakkan bersama. Upaya serikat-serikat buruh kuning (KSBSI, KSPSI dan KSPI) melalui gagasan penyatuan berlabel, "Trade Unions Meeting for Political Consensus", dan difasilitasi oleh The American Center for International Labor Solidarity (ACILS) dan Friedrich Ebert Stiftung (FES), merupakan perspektif kesadaran semu yang dipasung oleh pimpinan elit serikat tersebut. Persatuan sejati dalam makna politik, merupakan upaya pembatasan terhadap gejala-gejala reformisme dikalangan serikat buruh. Bukan justru menjebakkan gerakan buruh dalam pusaran elitisme yang laten sebagaimana gagasan pertemuan serikat kuning tersebut. Lantas apa kategori serta syarat mutlak sebuah persekutuan sejati bagi buruh?. Syarat pertama dari persatuan, tentu saja adalah menarik garis demarkasi secara tegas dari politik kekuasaan modal (baca : borjuasi). Dengan demikian memilah antara musuh dan sekutu, akan memungkinkan bagi gerakan buruh. Persatuan akan mampu kita praktekkan berdasarkan identifikasi politik kelas yang tercermin dari karakter organisasi buruh yang ada.

Kedua, membangun kemandirian gerakan. Ya, ini adalah hal penting yang harus kita jawab. Kemandirian dalam aspek ekonomi yang selama ini luput dari keseriusan kita. Kebiasaanya jual program untuk founding, meski berlindung dibalik alasan survive, harus kita kikis jika ingin membangun gerakan buruh yang kuat dan solid. Mungkin iming-iming bantuan dana dari siempunya begitu besar dan menggiurkan, namun jauh lebih berharga jika kita mampu membangun gerakan kita sendiri, meski penuh dengan keterbatasan dana. Keterbiasaan menjalankan langgam kerja organisasi dengan ketergantungan bantuan founding, justru berakibat terjadinya interupsi kesadaran maju kaum buruh untuk belajar berjuang dengan tangan mereka sendiri.

Ketiga, menyiapkan alat politik kelas. Lenin menegaskan bahwa, tugas dari kaum sosialis adalah bukan rencana untuk memperbaharui masyarakat, bukan untuk menceramahi kaum kapitalis dan antek-anteknya agar mereka memperbaiki nasib kaum buruh dan bukan juga untuk menyusun persekongkolan-persekongko
lan, akan tetapi ia harus mengorganisir perjuangan klas proletariat dan memimpin perjuangan ini, dimana yang menjadi tujuan utamanya adalah perebutan kekuasaan politik oleh proletariat dan mengorganisir masyarakat sosialis (Sumber : Doug Lorimer dalam Marx dan Engels tentang Partai Proletariat). Dan inilah penekanan atas tanggung jawab revolusioner kaum buruh, untuk mulai belajar bertarung tanpa rasa ragu sedikitpun dipanggung kekuasaan. Kebutuhan alat politik, adalah hal mendesak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

3 komentar:

Muslimah mengatakan...

Selamat hari buruh. Semoga buruh semakin sejahtera.

Oh ya Pak, saya memakai template Bapak di Muslimah Berbagi. Tapi gambar postingan saya kok tidak bisa menjadi thumbnail seperti pada template Bapak ya? Tolong ya. terima kasih atas jawabannya.

dhony mengatakan...

Dengan keadaan pekerja sekarang, masih ada aja pekerja yang tidak mau disamakan sebagai buruh. Gengsi katanya, padahal hanya permasalahan istilah. Jadinya ya gitu deh..

http://www.farmasi-samarinda.co.cc

Anonim mengatakan...

kaum buruh memng hru lbih di prhatikan ktimbang kaum atas,,
msalhnya bngsa kta msih bnyak yg mnyndang jabatan buruh,,,
toh,,dmi kmajuan brsama jg kn,,

Posting Komentar

Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang katro ini. Biasakanlah berkomentar setelah Anda membaca artikel. But No Spam, No Porn....OK Bro!!!