A Girl Like Me, Diskriminasi Ras Kulit Hitam di Amerika Serikat

Senin, 01 Maret 2010

Suatu waktu, saya iseng nonton TV. Kebetulan dapat acara Oprah Winfrey di salah satu station TV Swasta. Acara Oprah ini ditayangkan dengan edisi “Membongkar Ketabuan”. Edisi tersebut menayangkan sebuah Film Dokumenter
yang berjudul “A Girl Like Me”, karya sineas muda Amerika yang bernama Kiri Davis. A Girl Like Me mengeksplorasi standar kecantikan yang dominan di Amerika Serikat. Standar tersebut mempengaruhi harga diri dan citra diri seseorang.

Film ini menayangkan fenomena bocah kulit hitam Amerika yang termanipulasi dengan kerasnya kehidupan, terutama masalah diskriminasi warna kulit. Durasi tujuh menit Film ini menyentuh hati dan pikiran pemirsa di seluruh dunia dan berfungsi sebagai suatu peringatan bagi kita semua. 

Dalam film documenter tersebut, Kiri mencoba melakukan riset terhadap beberapa bocah kulit hitam (yang berusia antara 4-6 tahun), dengan menyodorkan 2 buah boneka yang berbeda warna. Boneka pertama yang berwarna kulit putih dengan rambut lurus, sedangkan boneka kedua adalah boneka berwarna kulit hitam dengan rambut keriting khas Afrika. Semua sample bocah yang ditest Kiri, memiliki jawaban yang sama dari pertanyaan, “Which One the dolls do you like?” (boneka yang mana yang kamu suka?). Jawabannya satu, “boneka yang berwarna kulit putih!”, demikian ucap mereka tanpa perasaan ragu sediktpun.

Ketika Kiri menanyakan, “Which one the dolls, is same like u?”, mereka dengan penuh rasa malu, ragu dan tertekan, menyodorkan boneka yang berwarna hitam. Mereka seakan-akan telah memperolok-olok dirinya sendiri dengan meyodorkan boneka hitam itu. Menyamakan dirinya dengan boneka berwarna hitam, sama saja dengan menyebut dirinya jelek. Tapi ini adalah realitas masyarakat yang sangat sulit mereka ingkari.

Taukah anda makna dari film documenter yang membuat heboh seantero Amerika, bahkan dunia ini?. Film ini menunjukkan betapa tidak percaya dirinya anak-anak kulit hitam keturunan Afrika (atau biasa diistilahkan Negro) ini terhadap fisik yang mereka miliki. Sistem politik, media dan culture, telah membangun sekat dan jurang diskriminasi terhadap penduduk minoritas. Sungguh sebuah gambaran situasi yang sangat menyedihkan bagi kita.

Untuk melihat videonya, berikut di di bawah ini :

5 komentar:

SeNjA mengatakan...

hemmm,...sesungguhnya bukan dari warna kulit atau pun warna rambut kita,bukankah apa yg terkandung didalamnya (hati ) yg membedakan kita satu sama lain.

selamat pagi....

Djakarta News mengatakan...

Saya sangat setuju sekali dengan pendapat SeNjA.

achmadtk07 mengatakan...

Sebenarnya hitam tau putih bikanlah masalah. yang terpenting adalah bagaimana memadukan hitam dan putih menjadi sesuatu kesatuan yang harmonis! kopi susu ja bisa harmonis, masa manusia kok gk bisa?

Zoom Magazine mengatakan...

@Senja + Djakarta News + Achmadtk07 : benar sekali. Film dokumenter ini hanya ingin menyampaikan pesan bahwa pasar (kapitalisme red) telah mengacaukan struktur sosial masyakarat disana. Kasihan anak2 kulit hitam itu. Mereka telah tercekcoki dengan propaganda sesat pasar bahwa yang cantik hanyalah yang berkulit putih dan berambut lurus. Padahal rihanna, beyonce, jessica alba, etc tidak kalah bukan???

Repair/service jual beli laptop (notebook/netbook) murah, rokok elektrik, dan gadget/barang second/new area Samarinda, Kalimantan Timur mengatakan...

sekat diskriminasi itu tentu akan sirna sedikit demi sedikit seiring berjalannya waktu apalagi presiden negara adi kuasa sekarang adalah berkulit hitam.. pasti kepercayaan diri mereka akan tumbuh..

Posting Komentar

Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang katro ini. Biasakanlah berkomentar setelah Anda membaca artikel. But No Spam, No Porn....OK Bro!!!