Perempuan dalam Kehidupan Tan Malaka

Selasa, 05 Januari 2010

Pernahkah Tan Malaka mencintai perempuan? Pertanyaan seperti ini banyak menggoda setiap orang. Selama ini Tan Malaka lebih dikenal sebagi pejuang yang revolusioner yang tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan. Jarang sekali kehidupan pribadinya dibicarakan, apalagi yang berkaitan dengan perempuan.
"Ada beberapa perempuan yang singgah di hatinya, kata Harry A. Poeze, peneliti Tan Malaka".
Perempuan pertama, kata Harry, adalah Syaripah Nawawai, teman sekolah Tan Malaka semasa di Kweek School di Bukittinggi. Syaripah adalah anak Nawawi Sutan Makmur, guru bahasa Melayu dan satu-satunya guru pribumi di sekolah itu. Syaripah juga satu-satunya perempuan pribumi yang bersekolah di tempat itu.

"Tan Malaka jatuh cinta kepada Syaripah, kemungkinan karena ini Tan Malaka menolak bertunangan dengan gadis di kampungnya, Pandan Gadang, saat ia akan berangkat ke Belanda," kata Harry.

Pada waktu Tan Malaka pergi ke Belanda. Maka dia kirim surat pada Syaripah dan bilang ia mencintai Syaripah dan berharap Syaripah mau menunggunya. Namun surat-surat itu tidak dibalas. Tan Malaka bertepuk sebelah tangan, ternyata Syaripah tidak mencintainya.

"Saya pernah bertemu Syaripah pada 1980-an, sebelum beliau meninggal, Syaripah yang menceritakan isi surat Tan Malaka itu kepada saya, saya menanyakan kenapa Syaripah tidak mencintai Tan Malaka, Syaripah mengatakan bahwa Tan Malaka orang yang aneh," ujarnya.

Karena Syaripah tidak pernah membalas suratnya, Tan Malaka berhenti menulis surat kepadanya. Syaripah akhirnya menikah dengan seorang regent atau bupati di Bandung yang sudah memiliki dua orang selir.

"Ini sejarah yang sedikit tragis dan lucu," ujar Harry.

Di Belanda, saat bersekolah, Tan Malaka juga pernah punya pacar, namanya Fenny Struyuenberg, seorang mahasiswa kedokteran. "Namun saya tidak sempat menemui Fenny, karena Fenny mati muda," kata Harry.

Di dalam satu surat kabar lama di Rusia juga pernah disebutkan Tan Malaka memiliki kekasih gadis Rusia, tetapi tidak disebutkan namanya, apalagi fotonya.

Setelah 20 tahun mengembara, pulang ke Indonesia pada 1945, Tan Malaka bertemu dengan Paramita Abdul Rahman. Paramita adalah keponakan Subarjo Djoyohadisuryo, Menteri Luar Negeri saat itu. Paramita adalah ketua Palang Merah Indonesia ketika itu.

Paramita dianggap tunangan Tan Malaka, namun ‘pertunangan' ini akhirnya kandas.

Kepada Harry Poeze Paramita mengatakan Tan Malaka seorang yang mengidolakan perempuan seperti R A Kartini dan dalam tingkah laku harus ada simbol perempuan Indonesia.

"Bagi Paramita yang cinta sekali dengan Tan Malaka ini peristiwa yang sangat sulit dan sukar dibicarakan, hingga tua bahkan Paramita tidak menikah," kata Harry.

"Kata SK Trimurti kepada saya, dalam bidang perempuan Tan Malaka adalah orang yang sangat bersih, dia amat menghormati perempuan, ini berbeda sekali dengan Soekarno," kata Harry.

Namun dalam surat yang ditulis Tan Malaka, Tan Malaka bilang, dalam hidupnya hanya ada satu tujuan, memerdekakan Indonesia dari Belanda. "Saya kira Tan Malaka seperti beberapa orang revolusioner lainnya di dunia, yang hanya punya satu tujuan dalam hidupnya, tidak untuk perempuan, dalam kesimpulan ini, Tan Malaka tidak punya waktu untuk perempuan, tujuannya hanya revolusi, mungkin sesudah revolusi baru ada tempat untuk perempuan, tetapi ia meninggal sebelum revolusi selesai."

Sumber : Padangkini.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang katro ini. Biasakanlah berkomentar setelah Anda membaca artikel. But No Spam, No Porn....OK Bro!!!