Selamat datang Presiden Pro-Neoliberalisme

Selasa, 07 Juli 2009

Pilpres 2009 - Esok hari, tepat tanggal 8 Juli 2009, adalah hari pencontrengan untuk memilih pemimpin nomor wahid di Negara kita. Masyarakat tentunya memiliki ragam tanggapan terkait ceremonial 5 tahunan ini. Ada yang antusias karena memiliki idola yang dielu-elukan, ada yang berposisi moderat alias ikut arus mainstream aja, ada yang bingung dan mungkin saja turut serta memilih karena kurang kerjaan atau karena iseng-isengan belaka, dan ada yang memiliki sikap tegas secara politik untuk tidak memilih alias ‘Golput” (opsi terakhir ini tentu memiliki rasionalisasi yang bebeda-beda). Namun apapun pilihan dan respon terhadap pemilu presiden ini dari masyarakat, satu hal yang tidak bias kita pungkiri (suka tidak suka) bahwa :
Siapapun yang terpilih, akan melanjutkan kekuasaan yang Pro-Neoliberalisme, Pro-Pasar bebas, dan Pro terhadap kekuatan modal asing.
Ungkapan di atas tentu bukannya tanpa alasan. Namun sebelum kita membahas lebih jauh, terlebih dahulu akan disederhanakan arti Neo-liberalisme untuk merujuk pro-neolib tersebut. Neo-liberalisme adalah wujud kongkrit dari suatu pilihan ekonomi dan politik yang cenderung mengamini trend pasar bebas dewasa ini. Sistem ekonomi dibiarkan bebas tanpa campur tangan Negara, rubuhnya benteng Negara dalam mengontrol lalu lintas ekonomi yang berakibat modal asing bebas bekeliaran dan menjarah kekayaan alam kita, adalah wujud dari Neo-liberalisme ini. Ada yang mengatakan bahwa Neo-liberalisme itu adalah pro-Amerika, ini benar tapi kurang dalam memaknainya. Amerika sebagai simbolisasi kapitalisme, memang benar demikian adanya dan wajib kita hadapi, namun tidaklah boleh kita pandang hanya sekedar dari kacamata agama bahwa amerika adalah negerinya kaum yahudi. Amerika harus kita pandang sebagai imperium yang menjamah dan merampok kemerdekaan Negara-negara lain, khususnya Negara dunia ketiga melalui badan keuangannya melalui program hutang maupun dengan cara perang dan invasi. Cukup jelas bukan? Jika belum, akan kita bahas di tulisan selanjutnya.

Oke, mari kita kembali ke topik. Mengapa dikatakan semua calon pro-neolib?. Ada beberapa alasan. Pertama, bahwa calon presiden yang disuguhkan pada pemilu esok, memiliki rekam jejak (track record) yang begitu mengecewakan. Kebijakan yang diterapkan semasa berkuasa, adalah rentetan kebijakan pro-neolib yang tentu saja sangat merugikan masyarakat. Obral murah, asset Negara, pencabutan subsidi publik, praktek upah murah, sembako yang tidak terjangkau, kegagalan dalam menyeret koruptor kakap, penghalangan dan penghancuran serikat secara sistematis (union busting), pembatasan akses pendidikan dengan diterapkannya BHP (baca ; swastanisasi perguruan tinggi) yang berakibat kian mahalnya biaya kuliah, dan fenomena penggusuran yang terjadi dimana-mana, adalah rentetan fakta nyata di bawah kendali kebijakan pro-neoliberal ini.

Kedua, bahwa para calon juga memiliki mental yang tidak tegas (weakness) dalam berhadap-hadapan dengan kekuatan imperium (baca : kapitalisme asing atau pendek kata, modal luar). Ketidaktegasan ini Nampak dari pola kebijakan ekonomi dan politik yang cenderung “nrimo” begitu saja dengan keinginan modal asing daripada memenuhi kebutuhan rakyatnya. Kekayaan alam yang begitu besar (minyak, batu bara, gas, emas, nikel, dll), dinikmati dengan sangat leluasa oleh perusahaan-perusahaan asing (MNC/TNC), tanpa bias berbuat apa-apa. Padahal tentu banyak opsi yang dapat dilakukan disbanding hanya sekedar diam. Tengoklah Hugo chavev, Evo Morales, Castro dan lainnya yang begitu sangat berani bertindak mengusir tuan-tuan kapitalis dari negerinya demi mengangkat harkat dan martabat rakyatnya secara ekonomi dan poilitik.

Lantas siapa yang anti neolib?, tentu saja yang memiliki komitmen yang bertolak belakangan dengan alasan-alasan di atas. Anti neo-lib tentu saja adalah sikap dan tindakan yang pro-terhadap rakyat yang bukan hanya dalam slogan kampanye belaka, namun dalam wujud kongkrit dikehidupan sehari-hari. Yang pasti, anti-neolib adalah sikap yang berani mengusir modal asing dari negeri ini, mengambil alih perusahaan-perusahaannya, menolak pembayaran hutang, dan menjalankan kekuasaan di bawah kendali rakyat, yakni ; kaum buruh, petani, rakyat miskin perkotaan, dan intelektual progresif. Anti neo-lib adalah kelugasan berindak dalam memenuhi kebutuhan rakyat ; upah minimum yang adil dan layak, sokongan modal yang memadai bagi petani, pendidikan yang gratis dan berkualitas hingga tingkat perguruan tinggi, menghentikan penggusuran dengan menyediakan lapangan kerja serta perumahan yang layak.

Adakah kalimat-kalimat terkhir ini yang sesuai dengan para calon?. Jika tidak, maka benarlah judul tulisan singkat ini ; selamat dating presiden pro-neolib, selamat datang penindas-penindas baru….

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Sepakat, semua calon presiden adalah orang-orang yang pro-asing. Gerakan rakyat harus mampu berbuat untuk menyingkirkan mereka. hidup rakyat Indonesia.....\

Bejo

Wawan mengatakan...

Siapa bilang semua calon pro-neoliberalisme? buktinya SBY didukung oleh 60 % masyarakat. kita tidak butuh bicara sobat, tapi bukti nyata perbaikan seperti yang dilakukan SBY....

Posting Komentar

Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang katro ini. Biasakanlah berkomentar setelah Anda membaca artikel. But No Spam, No Porn....OK Bro!!!